Meneropong GURU " KINI VS LALU"


Oleh: Endri Agus N*)
     Masih ingatkah anda tanggal 02 Mei? Calon guru seharusnya tau dan patut malu kalu tidak tahu. Tanggal 02 Mei merupakan tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara yang merupakan sosok pahlawan bagi kita. Tanggal 02 mei Merupakan tanggal lahir beliau dan tanggal itu sekaligus dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional.  Pada tahun 1959, Pemerintah menetapkan bahwa setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.  (Malik Tachir,2006). Selain itu ia juga seorang pahlawan yang sangat berjasa pada pengembangan pendidikan jaman dahulu di Indonesia.
         A. Guru  Masa Lalu
Label pahlawan tanda jasa tersemat walau tak bebentuk, Itu gambaran guru masa lampau. Gambaran ikhlas terpapar walau tanpa imbalan jelas produk generasi cerdas, berakhlak mulia, berimtak, kaya dan sukses tersebar.
Guru melebihi sosok penjabat bisa kita lihat penjabat-pejabat bukankah buah hasil karya / polesan seorang GURU.  Walau tak memeilik harta melimpah/ kaya tak dipungkiri profesi guru dalam masyarakat sangat dihormati . Tidak hanya urusan materi karena sosok guru pada zaman dulu sering mendefinisikan guru  adalah digugu dan ditiru.
Jadi seorang guru menjadi sumber tauladan tentang pengajaran-prengajaran hal hal yang bersifat positif. Kita juga tau berapa besar gaji guru dahulu, bagaimana tingkat kesejahteraan nya tidak ada tunjangan kemantapan hati ikhlas mendidik dan mengajar dengan harapan dapat mencerdaskan generasi penerus masa depan. Sehingga peran guru dirasa sangat besar dalam masyarakat.
B. Guru Masa Kini.
Kaya, mapan penghasilan terjamin itu gambaran pertama terbesit dalam benak masyarakat. Ini karena pemerintah saat ini telah memperhatikan kesejahteran guru sebagai ujung tombak pendidikan.
Melalui sertifikasi diharapkan menghasilkan guru guru yang profesional. Tidak hanya itu banyak tunjangan tunjangan yang diberikan pemerintah untuk kesejahteraan guru.Guru yang merupakan pahlawan tanpa tanda jasa bisa kita lihat sekarang melalui berbagi media adanya demo menuntut kesejahteraan “Tanda Jasa”.Tak mau lagi diganggu waktunya diluar jam sekolah untuk sekedar membantu belajar, sekarangselesai mereka sampaikan di kelas walaupun anak-anak belum paham. Guru marah ketika siswanya datang telat, dan tetap “arogan” ketika dianya datang telat. Dia membuat aturan buat siswa-siswanya tetapi merekanya sendiri tak punya aturan. Mereka mengajarkan kejujuran kepada anak-anak tetapi mereka juga yang memberikan contoh berbohong pada anak-anak. Ironis, guru tak bisa dijadikan contoh lagi
Paradigma positif tentang guru pun mulai berubah dimata masyarakat. Kesan guru yang dulu dihormati, ihklas mengajar dan sosok digugu dan ditiru mulai luntur. 
*) Mahasiswa FKIP Universitas PGRI Yogyakarta Prodi PGSD



No comments

Powered by Blogger.