TIPOLOGI BERDASAR NILAI BUDAYA
A. Teori
Tipologi menurut Edward Spranger
Kehidupan
manusia dipengaruhi dari berbagai macam faktor, dan budaya merupakan salah satu dari sekaian banyak
faktor. Hal itu menjadi sebuah kenyataan sehingga kebudayaan menjadi suatu hal
yang tidak lepas dari kehidupan sehari-hari. Kebudayaan, Menurut K.H.
Dewantara, Adalah hasil budi daya manusia yang dapat di pergunakan untuk
memudahkan hidup manusia. (Agus Sujanto, 2006:43-45)
Tipologi adalah pengetahuan yang berusaha
menggolongkan manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor
tertentu, misalnya karakteristik fisik, psikis, pengaruh dominan nilai-nilai budaya. (Novfyta Arlianti, 2010)
Dengan demikian tipologi berdasar nilai kebudayaan
bisa diartikan sebagai tipe-tipe pengolongan manusia hal-hal
yang bersangkutan dengan akal untuk mempermudah hidup
manusia.
Tipologi
Spranger dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Macam
roh (hubungannya timbal balik)
a.
Roh
subjektif atau roh individual (subjektive geits, individualis gaits) yaitu roh
yang terdapat pada manusia masing-masing (individual). Roh ini merupakan
struktur yang bertujuan.
1.
Roh
individual itu merupakan struktur, karena roh individual itu harus dapat dipahami jika ditinjau sebagai anggota dari
pada struktur yang lebih tinggi, yaitu kebudayaan.
2.
Roh individual itu bertujuan, yaitu mencapai atau
menjelmakan nilai tertentu, dan juga hanya dapat dipahami dengan jalan memahami
sistem nilai-nilai tertentu struktur nilai yang lebih tinggi adalah roh
subjektif.
b. Roh subjektif atau roh supra-individual, atau kebudayaan
(objective Geist, Ubar indivisdualle
Geits, kultur) yaitu roh seluruh umat manusia, yang dalam concretnya merupakan
kebudayaan yang telah terjelma dalam berkembang selama berabad-abad
bersama-sama manusia-manusia individual.
2.
Hubungan antara Roh Subjektif dan Roh Objektif
Roh
subjektif dan roh objektif sangat
berhubungan secara timbal balik. Roh subjektif atau roh individual, yang
mengandung nilai-nilai yang terdapat pada masing-masing individu, dibentuk dan
dipupuk dengan acuan roh objektif artinya roh subjektif terbentuk dan
berkembang dengan memakai roh objektif sebagai norma. Individu tidak
dapat mengelak atau melepaskan diri dari pengaruh roh objektif, tiap individu
mesti menerima pengaruh dari susunan dan keadaan lingkungan sosial dimana dia
hidup. Dalan roh objektif tidak dapat dilepaskan dari
roh subjektif. Sebab individu-individulah yang dari abab keabad menciptakan
nilai budaya itu. Nilai-nilai budaya akan lenyap jika sekiranya manusia-manusia
sebagai individu tidak mendukungnya serta menghayatinya, karena itu
bagaimanapun juga akan saling berhubungan antara roh subjektif dan roh
objektif tetap primer dan, dan roh objektif tetap sekunder. Manusia
menerima kebudayaan yang telah ada dan mengembangkan kebudayaan itu dengan
penciptaan-penciptaan baru. Jadi manusia sebagai pendukung roh subjektif dalam
hubunganya dengan kebudayaan tempat dia ada.
3. Lapangan-Lapangan Hidup
Kebudayaan oleh spranger dipandang sebagai sistem nilai-nilai, karena kebudayaan
itu tidak lain adalah kumpulan nilai nilai kebudayaan yang tersusun atau diatur
menurut struktur tertentu. Dalam pengolongan nilai kebudayaan Spranger
mengolongkan hal ini menjad enam nilai yang di kelompokan dalam dua kelompok
1.
Lapangan
nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai individu. Dalam hal ini terdapat
empat lapangan nilai yaitu..
a.
Lapangan
pengetahuaan.
b.
Lapangan
ekonomi.
c.
Lapangan
kesenian.
d.
Lapangan keagaamaan.
2.
Lapangan
nilai yang bersangkutan dengan manusia sebagai anggota masyarakat. Lapangan ini menyangkut dengan kekuatan cinta dan cinta akan kekuasaan. Dalam hal ini
mencakup dua nilai yaitu:
a. Lapangan Kemasyarakatan.
Kebudayaan yang lahir atas tingkah laku tiap
individu dalam kompleks tertentu.
b. Lapangan Politik.
Menurut spranger dalam kebudayaan itu terdapat 6 macam lapangan nilai yang
disebut juga bentuk banyak nilai. Sehingga dalam hal ini teori Kebudayaaan adalah teori yang menggangap bahwa yang
mempengaruhi kepribadain adalah kebudayaan atau tempat dia tinggal, ada
bermacam-macam tipe misalnya, tipe ekonomi, tipe politik dan lain-lain.
(Spanger). Kebudayaan, menurut K.H. Dewantara, adalah hasil budi daya manusia
yang dapat dipergunakan untuk memudahkan hidup manusia.
B. Tipologi-tipologi menurut Spranger
1. Enam
tipe Manusia.
Dalam pengolongan lapangan hidup seperti yang di jelaskan di atas terdapat
enam golongan yang berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Hal ini didasari dari masing-masing individu
yang terbentuk dan berkembang oleh pengaruh pengaruh dasar, pendidikan dan
lingkungan dengan berpedoman pada roh obyektif. Namun dalam kenyataan nilai
dominan itu tidak semua dapat dicapai terkadang hanya satu yang menonjol atau
paling dominan. Golongan dominan inilah yang memberi corak kepada keepribadiaan
setiap individu. Spranger mengolongkan menjadi Enam golongan tipe manusia,
namun hal ini merupakan tipe tipe pokok saja.
Ikhtisar
tipi-tipe manusia menurut Spranger
No
|
Nilai Kebudayaan yang dominan
|
Tipe
|
Tingkah Laku Dasar
|
1
|
Ilmu Pengetahuaan
|
Manusia teori
|
Berfikir
|
2
|
Ekonomi
|
Manusia ekonomi
|
Bekerja
|
3
|
Keseniaan
|
Manusia estesis
|
Menikmati keindahan
|
4
|
Keagamaan
|
Manusia agama
|
Memuja
|
5
|
Kemasyarakatan
|
Manusia sosial
|
Berbakti/berorban
|
6
|
Politik/kenegaraan
|
Manusia kuasa
|
Berkuasa/Memerintah (ingin)
|
2. Pecandraan Tipe-tipe
v
Manusia Teori
Manusia teori
adalah seorang yang mempunyai intelektualis sejati, sering disebut juga manusia
ilmu. Dalam pikiran dia cita cita utamanaya adalah mencapai kebenaran dan hakikat dari benda-benda. Dalam mencapai kebenaran tentang ilmu pengetahuan hanya untuk ilmu
tersebut tanpa mempersoalkan manfaatnya. Tujuanya hanyalah pengetahuan yang
objektif sedangkan dari segi lain di kebelakangkan. Dalam kehidupan sehari hari ia adalah seorang
pencinta kebenaran, konsekuen, dan nuchter.
Setiap individu yang
memiliki sikap sebagai manusia teori, sikapnya ini akan berpengaruh pada
manusia tipe lain
1.
Dalam
hal ini kurang mengindahkan kesenangan hidup dan kurang menghargai kekayaan, dia mengejar kekayaan tetapi bukan kekayan harta benda
melaikan kekayaan akan pengetahuan yang benar.
2.
Dalam
urusan kesenian manusia teori tidak terlalu mengindahkan keindahan ia lebih
menghendaki hal-hal yang berlaku umum dan objektif.
3.
Dalam
masalah keagamaan dia akan
meninjau masalah agama secara rasionalis.
4.
Dalam
perhatian terhadap masyarakat sekeliingnya seringkali tidak besar. Sering bersiap acuh tak acuh. Kalaupun dia bergaul ia akan memilih bergaul dengan orang yang
sepaham, sikapnya terhadap politik ia tidak ingin berkusa atau tidak giat. Dia hanya berbuat melakukan
polemik secara teoritis dan hanya mengungapkan kritikan saja.
v
Manusia Ekonomi
Individu dalam manusia ekonomi ini selalu berfikir
tentang gagasan gagasan yang praktis, ia tidak memperhatikan tindakan yang
dilakukan. Hal ni dilakukan karena tujuan hanya terlampau pada hasil bukan dari cara memperolehnya. Dia akan menilai
sesuatu hanya dari segi ekonomi saja dia bersikap egosentris, kepentingan diri
sendiri dan hidupnya sajalah yang dianggapnya penting dan penilaian oarang lain
didasarkan pada kemampuan kerjanya dan prestasi.
Sikap jiwanya yang praktis inilah yang memungkinkan dia
mencapai banyak hal dalam hidupnya, ia mengejar kekayan dan dengan kekayan itu
dia mewujudkan keinginanya itu.
v Manusia
Estetis
Manusia disini berangapan bahwa kehidupan seakan akan tidak sebagai pemain tetapi sebagai
penonton. Dia adalah seorang impresionis yaitu orang yang menghayati kehidupan secara pasif. Ia dikatakan
juga sebagai orang yang ekspresionis dengan menangapi segala persoalan yang
diterimanya dengan pandangan jiwa subjektif. Individulisme juga menjadi ciri orang ini. Apabila dia dekat dengan agama
akan memuncak pada pendewaan selarasan dalam alam. Baginya nomor satu adalah keindahan.
v Manusia
Agama.
Bagi ndividu dalam golongan ini segala sesuatu di ukur
dari segi arti kerohaniah kepribadian, yang ingin mencapai keselarasan batin dengan arti dari pada hidup ini.
v Manusia
Sosial.
Manusia ini memiliki tipe Besar kebutuhannya akan adanya resonansi dari
sesama manusia, dia membutuhkan hidup diantara manusia lain dan mengabdikan
pada kepentingan umum . Nilai yang di pandang paling tinggi adalah nilai cinta terhadap sesama manusia baik yang tertuju secara individu maupun kelompok.
v Manusia
Kuasa.
Sifatnya bertujuan untuk mengejar kesenangan dan kesadaran akan
kekuasaan. Dorongan pokoknya adalah
ingin berkuasa. Individu ini mengejar penguasaan atas manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Arlianti, Novfyta. 2010. Landasan
Ilmu Pendidikan Kebudayaan dan Kepribadian. (Online).(http://nofytaarlianti.wordpress.com/2010/12/17/landasan-ilmu-pendidikan-kebudayaan-dan-kepribadian/, diakses tangal 15 Maret 2012)
Sujanto, Agus. 2006. Psikoogi
Kepribadian. Jakarta: Bumi aksara
Suryabrata, Sumadi.1998. Psikologi Kepribadian. Jakarta; PT raja Grafindo persada
Post a Comment